NARATIMES.COM - Hilirisasi, digitalisasi dan sustainabilitas merupakan tiga hal penting yang perlu menjadi perhatian bersama menuju masa depan.
Pernyataan itu diungkapkan Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara saat berbicara sebagai panelis dalam Seminar Nasional Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), yang diselenggarakan di Bengkulu, pada Jumat, 15 September 2023.
“Kita meyakini bahwa transformasi ekonomi Indonesia, sumber utamanya dan tonggak utamanya adalah sumber daya alam kita. Kalau kita lihat seluruh bola dunia, tidak ada negara lain yang memiliki sumber daya alam yang sekomplit Indonesia. Kalaupun ada paling hanya 1-2 negara saja yang menyamai kita,” kata Wamenkeu.
Baca Juga: Brimob Polda Jabar dan BPBD Salurkan Air Bersih ke Kecamatan Kersamanah Garut
Wamenkeu tidak sepakat jika hilirisasi diartikan sebagai pelarangan ekspor. Hilirisasi sumber daya alam di dalam negeri, ujar Wamenkeu, adalah upaya untuk mengolah sumber daya alam secara lebih lanjut di dalam negeri sehingga menciptakan nilai tambah di dalam negeri.
“Ini sudah kita lakukan beberapa tahun terakhir, dan kita berharap kita teruskan ke depan. Kita ingin sarjana ekonomi semua satu pemikiran. Kita dorong hilirisasi,” ujar Wamenkeu.
Wamenkeu juga mengatakan bahwa tantangan lain ke depan yang perlu menjadi perhatian adalah digitalisasi.
Digitalisasi yang dimaksudkan bukan sekadar mengubah cara bekerja manual menjadi elektronik. Namun digitalisasi yang mengarah kepada intelegensia buatan.
Baca Juga: Tempat Penyimpanan Sampah Sementara Bandung Sudah Berfungsi, TPA Sarimukti Tetap Diandalkan
“Kalau digitalisasi di masa lalu mungkin hanya kita pahami sebagai proses bisnis yang manual didigitalkan, tapi masa depan kita digitalisasi bahkan mengarah kepada inteligensia buatan, artinya dunia digital yang bisa memberi rekomendasi dan bisa berpikir sendiri,” kata Wamenkeu.
Wamenkeu mengatakan bahwa hal lain yang berkaitan erat dengan upaya transformasi menuju ekonomi hijau Indonesia adalah sustainabilitas.
Indonesia sudah menyampaikan komitmen untuk mengurangi emisi karbon dalam bentuk national determined contribution (NDC),
Disebutkan bahwa Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi CO2 dengan target pengurangan 29 persen hingga 31,89 persen dengan usaha sendiri, atau 41 persen bahkan hingga 43,2 persen melalui dukungan internasional.
Baca Juga: Berikut Tiga Hal yang Menurut Wapres Jadi Kunci Penguat Kerja Sama Indonesia-Tiongkok
Artikel Terkait
Kemenperin Terapkan Hilirisasi untuk Tingkatkan Nilai Tambah Hasil Hutan
Nilai Tambah Nikel Berlipat Ganda Jika Diolah, Pemerintah Terus Dukung Hilirisasi Industri di Tanah Air