NARATIMES.COM - Erupsi Gunung Merapi (2,910 mdpl) yang terjadi Sabtu 11 Maret 2023 menimbulkan dampak bagi masyarakat di sekitar gunung berapi tersebut.
Salah satu dampak tersebut, seperti dilaporkan AyoJakarta.com, adalah hujan abu lebat yang terjadi di wilayah Kabupaten Magelang.
Selain itu, ada ancaman guguran awan panas yang bisa terjadi di sepanjang aliran sungai yang berhulu di gunung teraktif di dunia tersebut.
Baca juga: Kabar Duka dari Dunia Hiburan, Aktris Senior Nani Widjaja Wafat di Usia 78
Namun di balik itu semua, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mengungkapkan sebuah fakta yang cukup mencengangkan.
Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso, dalam konferensi pers virtual dari Yogyakarta mengatakan, ada potensi bahaya yang bersumber dari kubah lava tengah dan kubah lava sisi barat daya Merapi, yang terus mengalami pertumbuhan.
Namun lewat Instagram @dongenggeologi, Agus menilai, adanya api diam yang terpantau di area kubah lava Barat Daya Gunung Merapi itu merupakan fenomena wajar.
Baca juga: Tunggal Putri Gregoria Sukses Melaju ke 16 Besar All England 2023
Kepala BPPTKG menyatakan, fenomena tersebut biasa terjadi pada kubah lava gunung api yang sedang aktif.
Penampakan api diam itu, berdasarkan pengamatan BPPTKG pada Senin 13 Maret 2023, pukul 18.00 - 24.00 WIB, tampak ada rona merah, dan itu biasanya diakibatkan lava yang panas.
Dalam unggahan tersebut disebutkan bahwa titik api diam yang berada pada puncak merapi merupakan magma dan dapat menjadi pertanda erupsi semakin dekat.
Baca Juga: Ginting Torehkan Kemenangan Pertama atas Pemain Thailand di All England 2023
Titik api diam tersebut juga dapat menjadi pertanda yang signifikan selain guguran yang selama ini terjadi di Gunung Merapi.
Hingga saat ini, BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada level siaga III yang ditetapkan sejak November 2020.