NARATIMES.COM - Saya sempat berpikir bahwa Babeh sangat jahat. Namun setelah menyaksikan Babeh sakit keras karena berjuang mencari nafkah untuk kami, hati dan pikiran saya berubah.
Sejak kelas enam Sekolah Dasar saya sadar bahwa apa yang dilakukan Babeh mempunyai tujuan baik yaitu demi kesuksesan saya, anaknya.
Babeh tidak ingin kehidupan anak-anaknya seperti dirinya, bekerja keras lebih dari dua puluh jam sehari tapi masih tidak mampu menghidupi keluarga dengan lebih layak.
Jangankan untuk hidup layak, membayar biaya sekolah tingkat menengah saja sulit.
BACA JUGA : Kisah Serial-THE POWER OF REASON, Kasih Sayang dan Kerja Keras Orang Tua (Bagian 3)
Sejak kesadaran itu muncul, semangat saya untuk belajar muncul menggebu. Saya terpacu untuk mengubah hidup dan membuat Babeh bangga punya anak saya.
Sejak kelas enam SD, hampir setiap hari saya membaca dan mempelajari buku-buku untuk mengingat apa yang sudah diajarkan Bapak dan Ibu Guru.
Saya berikrar kepada diri sendiri bahwa saya ingin sekolah setinggi-tingginya tanpa membebani Babeh dan sekuat tenaga membantu mengurangi beban ekonomi orang tua.
Babeh adalah alasan kuat bagi saya untuk maju dan sukses demi mengubah nasib dari orang miskin menjadi mapan.
Babeh, Alasan Saya Memperjuangkan Impian
Tahun 1996, saat baru berusia 10-an tahun, saya sudah mempunyai alasan kuat untuk menggapai impian mengubah hidup lebih baik.
Alasan kuat saya untuk menggapai impian adalah Babeh.
Saya ingin membuat Babeh tersenyum karena anaknya mampu mencapai pendidikan yang lebih baik dari dirinya, tanpa harus membebani Babeh, dan mampu mengubah hidup menjadi lebih baik.
Artikel Terkait
'Indonesia Era Disrupsi' Buku ke-23 Karya Bamsoet Segera Diluncurkan
Menanti Cerita Anak Bajo Ada di Buku Sekolah Setelah Kisah Suku Bajo menginspirasi Film Avatar
Yudi Latif: Buku Kehidupan